13 January 2018

The Origin of Administration

Levri Ardiansyah

Saat saya bertanya pada diri sendiri, 'Apakah kata dasar yang merupakan sumber kata 'Administration'?' berarti saya harus menemukan jawabannya dengan terlebih dahulu membaca dan mempelajari etymology. Disini, the origin merupakan sumber.
Saat saya menemukan adanya perubahan pada kata dasar 'Administration' yakni minor, minus, mensitre, menister hingga menjadi administration, berarti saya harus dapat mengerti ini dengan membaca dan mempelajari philology maupun sejarah. Disini, sejarah harus saya mempersepsi tidak semata kontennya namun juga konteksnya, hingga saya dapat mengetahui apa penyebab perubahan. Dengan begini, the origin tidak lagi semata merupakan sumber, namun lebih dalam lagi merupakan the cause.
Saat saya bertanya, 'Kapankah sejarah administrasi ini dapat saya telusuri'? berarti saya harus menentukan the beginning of history of administration. Oleh karena ini, pengertian the origin harus juga saya makni sebagai the beginning yang jelas kapan batas periode waktunya.
Saat saya ingin mengetahui tahapan-tahapan perkembangan administrasi, berarti saya harus mengetahui lokasi praktik administrasi pada beberapa kerajaan dulu kala. Disini, the origin harus saya maknai sebagai the rise atau the rising star.
Dengan adanya minimal 4 makna the origin yang substansial ini, saya tidak dapat menterjemahkan the origin of administration, entah menjadi 'Sumber Asli Administrasi', atau 'Aslinya Administrasi'. atau 'Awal Mula Administrasi'. Oleh karena ini, buku yang saya tulis tentang the origin of administration pada tahun 2017 lalu, saya beri saja judul 'The Origin of Administration'.

Manusia Bodoh

Oleh Levri Ardiansyah

Sebagai dosen Studi Administrasi yang tidak mengerti Geologi, saya adalah manusia bodoh yang menulis tentang Geologi pada konteks kepaduannya terhadap Studi Administrasi.
Bukankah manusia bodoh yang mau menulis, pasti akan ada tulisan? Bukankah manusia pintar yang tidak mau menulis, pasti tidak akan ada tulisan? Disini saya termenung dan bertanya pada diri sendiri, 'Apakah manusia pertama yang menghasilkan tulisan adalah manusia bodoh yang mau menulis ataukah manusia pintar yang mau menulis? Entahlah, yang jelas karena adanya tulisan, peradaban manusia berkembang kian maju.

Saat saya berusaha dapat menggambarkan figur geometrikal pada figur Batu Levria MAR (0110), saya adalah manusia bodoh yang tidak mengerti Geometri tetapi tetap berusaha belajar hanya agar dapat menggambar.
Bukankah manusia bodoh yang mau menggambar, pasti akan ada gambar? Disini saya kembali tertegun dan bertanya pada diri sendiri, 'Andai administrasi tidak saya gambarkan mental picture-nya, bagaimana saya dapat membayangkan adanya administrasi yang kini tidak ada fakta ilmiahnya? Bagi saya, gambar figur geometrikal pada batu hanyalah langkah awal untuk menggambarkan mental picture administrasi.

Demikian pula saat saya ingin sekolah, saya adalah manusia bodoh yang ingin diajar dan dibimbing.
Bukankah karena kebodohan, sekolah ada? Andai manusia pintar tidak lagi menyelenggarakan sekolah dengan dasar untuk memberantas kebodohan, maka lambat laun sekolah pasti akan menjadi pintu gerbang kebodohan. Andai siswa tidak sadar dirinya adalah manusia bodoh yang ingin diajar, maka sudah pasti kebodohan akan tetap ada pada dirinya hingga jenjang sekolah tertinggi sekalipun.

Manusia bodoh adalah amanah pendidikan.