12 May 2015

To Be Child School
Levri Ardiansyah (12 Mei 2015)

To Be Child School adalah sekolah yang khusus mendidik anak untuk menjadi anak.
Saat ini anak kita didik untuk menjadi cita-citanya atau cita-cita orang tuanya. Kita memelukan sekolah yang mendidik anak untuk menjadi anak yang baik, yaitu anak yang berbudaya Indonesia yang sopan santun. Tidak muluk-muluk, anak didikan To Be Mother School adalah anak yang dapat berkata,"Sini Bu, biar saya yang mencuci piring" ketika dia melihat Ibunya yang sedang sibuk memasak sementara cucian piring, gelas dan sendok masih menumpuk kotor. Bukan anak yang sibuk dengan handphone-nya tanpa peduli pada kerepotan Ibunya. Kita membutuhkan anak yang peduli pada kedua orangtuanya, karena kepedulian anak pada kedua orangtuanya adalah awal hadirnya kepedulian anak pada keluarga. Keluarga adalah satu-satunya institusi primitif mulia yang hingga kini tetap eksis tak lekang ditinggal masa. Pendidikan ini akan tertanam menjadi pohon kepribadian manusia dewasa yang peduli pada orang tuanya yang jompo, sehingga anak menjadi tempat berlindung di hari tua, sampai akhir menutup mata. 

Jaringan Ibu Terdidik
Levri Ardiansyah (12 Mei 2015)

Jaringan Ibu Terdidik adalah jaringan komunikasi dan evaluasi kinerja Ibu terdidik lulusan To Be Mother School yang tersebar di setiap penjuru negara Indonesia.
Kita belum memiliki media untuk mengevaluasi kinerja Ibu dalam mendidik anaknya. Melalui ikatan kerja antara To Be Mother School dengan para lulusannya, maka setiap Ibu memiliki standar kinerja dalam mendidik anaknya, yang dapat dievaluasi oleh To Be Mother School pada jangka waktu tertentu. Dengan cara ini kita dapat mendeteksi penyimpangan perkembangan psikologis anak dan karenanya dapat menanggulanginya sebelum terlambat. Oleh karena itu, pada tahap selanjutnya kita memerlukan To Be Child School, yaitu sekolah yang khusus mendidik anak untuk menjadi anak.

To Be Mother School
Levri Ardiansyah (12 Mei 2015)

Saya bermimpi mendirikan sekolah yang khusus mendidik wanita untuk menjadi Ibu yang baik.
To Be Mother School adalah sebuah perguruan tinggi yang merupakan bentuk nyata mimpi itu. Setiap wanita yang dididik mendapatkan beasiswa penuh. Lulusannya menyandang gelar Ibu.
Fungsi, peran dan tugas seorang Ibu yang amat berat, hingga kini masih kita pandang sebagai fungsi, peran dan tugas yang berlangsung secara alamiah. Persepsi kita seperti ini telah lama kita anut sejak jaman dulu kala. Sudah saatnya kini kita menyelenggarakan pendidikan kepada wanita agar dapat menjadi Ibu yang profesional, yaitu Ibu terdidik sebagai Ibu yang memiliki skill dan pengetahuan mendidik manusia untuk menjadi generasi yang tangguh. Hanya dengan cara ini, kita dapat menciptakan generasi baru yang tangguh, yaitu generasi muda yang terdidik dalam sentuhan Ibu terdidik yang profesional sebagai Ibu..
Dengan pola pikir yang demikian, sudah seharusnya negara memberikan jaminan penghasilan berupa gaji yang layak kepada setiap wanita yang menjadi Ibu. Saya bermimpi Indonesia menjadi negara pertama di dunia yang menggaji setiap Ibu. Tentu saja ini tidak semudah mengedipkan mata. Sebagai langkah awal pemicu munculnya kehendak pemimpin negara untuk menggaji setiap Ibu, To Be Mother School harus memberi contoh dengan jaminan memberikan gaji kepada setiap lulusannya yang menjadi Ibu.

Wanita adalah Pemimpin di Bumi
Levri Ardiasyah (12 Mei 2015)

Ibu adalah pemimpin setiap manusia, baik itu manusia berjenis kelamin perempuan maupun manusia berjenis kelamin laki-laki. Ibu adalah pemimpin setiap manusia yang dia lahirkan, yaitu kepemimpinan yang telah dia mulai sejak mengandung bayi manusia di dalam rahimnya, melahirkannya, mempengaruhi perkembangan emosi manusia balita, anak-anak hingga manusia dewasa dan tua renta.
Sepengetahuan saya, manusia  yang pertama kali menjadi pemimpin adalah Ibu Primitif, yaitu seorang wanita yang hidup pada masa Bumi sudah layak huni (terutama pasca terciptanya oksigen dan atmosfir). Dia mengandung bayi manusia primitif, melahirkannya lalu mendidiknya dalam kehidupan bersama yang penuh perjuangan. Gen kepemimpinan Ibu Primitif ini menetes pada setiap wanita yang kemudian lahir dari rahim setiap Ibu. Oleh karena itu saya berhipotesis bahwa Nabi pertama adalah seorang wanita. Begitupun dengan nabi-nabi selanjutnya hingga sampai pada masa kaum lelaki membenci kepemimpinan wanita dan menguburnya. Sejak masa itu, wanita tidak saja tidak dianggap sebagai pemimpin, tetapi fungsi dan peran kesejarahannya juga ditindas dalam kondisi terbelenggu. Pantas saja saat ini kita tidak mengenal lagi nabi-nabi wanita dan pemimpin-pemimpin wanita yang bersahaja.
Bagi saya pribadi, wanita adalah pemimpin laki-laki. Dengan prinsip yang demikian, sebagai seorang Bapak, saya akan mempersiapkan anak perempuan saya untuk menjadi pemimpin. Ini artinya, tugas seorang laki-laki adalah mempersiapkan anak perempuannya untuk menjadi pemimpin. Jika prinsip ini dapat kita terapkan secara massal, maka dekadensi moral akibat berlimpahnya jumlah wanita di muka Bumi akan dapat kita atasi secara sistematis. Proses ini akan menghasilkan seorang wanita pemimpin yang menjadi tauladan bagi setiap wanita di muka Bumi. Hari ini, wanita kehilangan figur pemimpin wanita yang dapat mereka jadikan panutan dan contoh dalam menjalani kehidupan yang membahagiakan.

Bumi dan Wanita
Levri Ardiansyah (12 Mei 2015)

Bumi dan wanita memiliki keterkaitan yang sangat erat. Bentuk dasar yang utama dari geomorfologi adalah kepala Singa Betina (lioness), kepala burung elang emas betina, dan babi Jawa (Javan Pig) yang juga betina. Satu lagi bentuk dasar pembentuk Bumi adalah burung Garuda Kencana. Bentuk dasar ini menjadi master relief bagi pembentukan permukaan bumi secara keseluruhan, sehingga bentuk kepala Singa Betina terdapat pada banyak area di muka Bumi. Inilah yang saya maknai sebagai relief kembar Bumi yang dapat kita ketahui diantaranya melalui Sinar Kembar Bumi atau melalui peta kembar Bumi yang pernah saya tulis sebagai Earth Coherent Map.

Bumi adalah Ibu Semesta
Levri Ardiansyah (12 Mei 2015)

Bumi adalah Ibu Semesta yaitu Bumi yang melahirkan benda-benda antariksa (termasuk dirinya sendiri) dan Langit. Semua jejak penciptaan benda-benda antariksa, termasuk Matahari, ada di Bumi yang saat ini kita tempati. Tuhan menciptakan Bumi sebagai Tetes Jagad yang mencikali terciptanya Bumi dan Langit. Oleh karena itu, Semesta adalah Bumi itu sendiri dengan jejaknya yang tersebar pada setiap benda-benda langit lainnya. Bukti semua jejak itu ada di lokasi Tetes Jagad Bumi, yaitu lokasi yang menyimpan master penciptaan, termasuk penciptaan manusia. Sepengetahuan saya lokasi itu ada di Indonesia. Pantas jika leluhur kita menyebut Indonesia sebagai Ibu Pertiwi.